Senin, 25 Agustus 2025

KRITERIA LOMBA CERDAS CERMAT PAI

Bismillahirrahmanirrahim

LAMPIRAN 1

KRITERIA LOMBA CERDAS CERMAT PAI

TINGKAT SD

SMP ISLAM AL-AZHAR 16 CIKARANG

 

A. KETENTUAN LOMBA

 

1.      Peserta

·         Peserta adalah murid jenjang SD kelas 4, 5, dan 6.

·         Terdiri dari tim yang beranggotakan3 orang dari sekolah yang sama.

·         Setiap sekolah dapat mengirimkan maksimal 2 tim.

·         Peserta yang pernah meraih juara 1 pada lomba serupa tahun sebelumnya tidak diperbolehkan mendaftar kembali.

 

2.      Pendaftaran

·         Pendaftaran dilakukan secara tertulis/online sesuai jadwal yang ditentukan panitia.

·         Setiap tim wajib melampirkan:

Daftar nama peserta (dilengkapi kelas dan foto).

·         Surat izin dari sekolah.

·         Formulir pendaftaran yang telah diisi.

 

3.      Pelaksanaan

·         Seluruh rangkaian lomba dilaksanakan secara offline di lokasi yang ditentukan.

·         Lomba dilaksanakan dalam satu hari penuh.

 

4.      Materi Lomba

·         Cakupan materi mencakup:

Ø  PAI

Ø  Fikih

Ø  Sirah Nabawiyah

Ø  Al-Qur'an

 

5.      Peraturan Selama Lomba

·         Pesertadilarang membawa buku, catatan, atau alat elektronik (HP, tablet, dll).

·         Dilarang bekerja sama dengan pihak luar selama lomba berlangsung.

·         Setiap tindakan curang akan mengakibatkandiskualifikasi langsung.

·         Keputusan juri bersifatfinal dan tidak dapat diganggu gugat.

 

B. KRITERIA PENILAIAN & MEKANISME LOMBA

 

Lomba Cerdas Cermat PAI terdiri dari 2 babak:

 

1.      Babak Penyisihan (Tulis)

·         Dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Oktober 2024, pukul 09.00 WIB.

·         Soal berbentuk pilihan ganda.

·         Durasi pengerjaan: 60 menit.

·         Setiap tim mengerjakan soal secara kolektif

 

Penilaian:

·         Jawaban benar:  +4

·         Jawaban salah:   -1

·         Tidak dijawab:    0

·         Tim yang lolos ke babak final adalah 3 tim dengan skor tertinggi.

·         Jika terjadi nilai sama, penentuan didasarkan pada kecepatan pengumpulan jawaban.

 

2.      Babak Final (Cerdas Cermat)

·         Hari/Tanggal: Rabu, 30 Oktober 2024, pukul09.00 WIB

·         Waktu: 10.00 – 12.00 WIB

·         Tempat: Aula SMP Islam Al-Azhar 16 Cikarang

 

Babak final terdiri dari3 sesi:

 

a)      Sesi Pertanyaan Wajib

·         Setiap tim mendapat 5 soal wajib.

·         Durasi:1 menit per soal.

·         Anggota tim boleh berdiskusi, tapi jawaban harus diucapkan oleh penjawab resmi.

Skor:

·         Benar:+20

·         Salah:–10

·         Tidak menjawab:0

 

b)      Sesi Pertanyaan Lontar (Lempar)

·            Total 6 soal diputar secara bergilir.

·            Jika tim tidak bisa menjawab dalam10 detik, soal dilempar ke tim berikutnya.

·            Tim penerima lemparan bisa menjawab dan mendapat skor penuh jika benar.

Skor:

·           Benar:+20

·           Salah:–10

 

3.      Sesi Rebutan (Kunci Jawaban)

·         Soal ditayangkan/dibacakan, dan timberebut menjawab dengan menekan bel.

·         Tim yang menekan bel terlebih dahulu mendapat hak menjawab.

·         Durasi menjawab:5 detik setelah bel.

Skor:

·         Benar:+30

·         Salah:–20

·         Tidak menjawab dalam 5 detik:–10

·         Total soal:10 soal rebutan.

 

C. KRITERIA PENENTUAN JUARA

 

1.      Juara ditentukan berdasarkan total skor akhir dari babak final.

2.      Jika terjadi skor sama, akan dilakukan sistem *sudden death*: Satu soal rebutan tambahan. Tim yang menjawab benar pertama kali dinyatakan menang.

3.      Peringkat: Juara I, II, III

 

D. CATATAN TAMBAHAN

 

·         Setiap tim wajib hadir saat pembukaan untuk registrasi ulang.

·         Peserta wajib memakai seragam sekolah lengkap.

·         Panitia menyediakan alat tulis, bel, dll.

·         Orang tua dan guru pendamping diperbolehkan hadir sebagai penonton, tetapidilarang memberi isyarat atau bantuan.

 

KEPUTUSAN PANITIA MUTLAK DAN TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT




 


Senin, 21 Juli 2025

Lima Kebodohan Modern Yang Dinormalisasi

Artikel ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat kira sekarang. Sila simak baik2.

*Lima Kebodohan Modern Yang Dinormalisasi*

Di zaman serba cepat ini, kebodohan bukan lagi musuh. Ia justru dirayakan, dibagikan, bahkan dijadikan identitas.

Dalam The Death of Expertise, Tom Nichols mencatat fenomena meningkatnya kepercayaan diri publik dalam isu-isu kompleks yang sebenarnya mereka tidak pahami. Menurutnya, kebodohan kini tidak lagi disembunyikan, tapi diklaim sebagai bentuk “kebebasan berpikir”. Sedangkan Neil Postman dalam Amusing Ourselves to Death menyebut bagaimana hiburan telah merusak kedalaman berpikir publik. Bauerlein menambahkan, anak muda lebih memilih scrolling dibanding membaca buku, walau akses terhadap ilmu sudah terbuka lebar.

Di dunia digital saat ini, kita terbiasa melihat seseorang bicara panjang soal sains, ekonomi, bahkan filsafat, padahal baru saja menonton video berdurasi 30 detik. Komentar-komentar yang yakin tapi kosong memenuhi kolom diskusi. Tidak ada proses berpikir, hanya pengulangan tren. Anehnya, ini tidak dianggap masalah. Malah sering dipuji: “Setidaknya dia berani bicara.” Tapi berani bicara tanpa berpikir bukan keberanian, melainkan bentuk baru dari kebodohan yang kita anggap biasa saja.

Si Lima itu adalah:
*1. Mengganti Pengetahuan dengan Opini*
Makin banyak orang percaya bahwa opini yang kuat sama berharganya dengan fakta yang benar. Padahal keduanya sangat berbeda. Dalam The Death of Expertise, Nichols menjelaskan bahwa publik kini menolak otoritas keilmuan. Bukan karena punya argumen, tapi karena merasa punya hak untuk tidak percaya. Misalnya, ketika dokter menjelaskan soal vaksin, lalu dibantah oleh seseorang yang hanya membaca status Facebook temannya. Ini bukan demokrasi berpikir, tapi ilusi kesetaraan intelektual.

*2. Menyukai Ringkasan tapi Menolak Proses*
Orang ingin tahu hasil akhir tapi malas membaca keseluruhan. Ingin paham sejarah, tapi tak tahan membaca lebih dari dua paragraf. Ingin pintar, tapi tak tahan dengan kerumitan. Inilah yang dikritik Neil Postman. Dalam masyarakat yang terlalu mengandalkan hiburan, kesabaran berpikir jadi rusak. Kita tidak lagi mendalami, hanya sekadar tahu permukaan. Akibatnya, pandangan jadi rapuh, tidak siap terhadap pertanyaan kritis.

*3. Bangga pada Ketidaktahuan*
Ungkapan seperti “aku orangnya simple aja, gak suka mikir yang ribet” sering terdengar seolah itu kelebihan. Padahal itu bentuk perayaan ketidaktahuan. Di masa lalu, orang malu jika tidak tahu. Sekarang, mengaku tidak tahu malah dianggap jujur dan rendah hati, walaupun setelah itu tidak juga belajar. Bauerlein menyebut ini sebagai bentuk pembiaran budaya malas intelektual.

*4. Meremehkan yang Mendalam dan Merayakan yang Instan*
Konten reflektif, panjang, dan mengajak berpikir sering dianggap “tidak menarik” atau “gak relate”. Sebaliknya, video dangkal dengan edit cepat dan suara keras justru viral. Ini bukan salah algoritma semata, tapi cerminan selera publik. Kita mulai terbiasa dengan kecepatan, lalu menganggap lambat itu tidak cerdas. Padahal banyak kebijaksanaan hidup justru datang dari proses berpikir yang dalam dan lama.

*5. Menyamakan Viral dengan Valid*
Ketika satu pandangan diulang banyak orang, ia mulai dianggap benar. Tak peduli apakah data dan logikanya kuat. Fenomena ini semakin kuat di media sosial. Apa yang populer dianggap bermutu. Apa yang sepi dianggap keliru. Ini membuat orang takut berpikir berbeda. Lalu akhirnya semua hanya menyalin suara mayoritas, bukan karena setuju, tapi karena takut terlihat bodoh. Ironisnya, inilah bentuk kebodohan kolektif paling berbahaya.

Kita sedang hidup di era di mana kebodohan bukan lagi tersembunyi, tapi tampil percaya diri. Dan jika tidak hati-hati, kita ikut menormalisasikannya. Menjadi pintar bukan tentang tahu lebih banyak, tapi tentang mau berpikir lebih dalam. Dan itu butuh waktu, kesabaran, dan keberanian melawan arus dangkal.

Pernahkah kamu merasa pendapatmu berbeda dari mayoritas, tapi ragu mengungkapkannya?

#coppasaja

Kunjungan mulai 2022